Definisi Teologia
Apa itu teologia?????
Istilah teologi, dalam bahasa Yunani adalah "theologia". Istilah yang berasal dari gabungan dua kata "theos, Allah" dan "logos, logika". Arti dasarnya adalah suatu catatan atau wacana tentang, para dewa atau Allah. Bagi beberapa orang Yunani, syair-syair seperti karya Homer dan Hesiod disebut "theologoi". Syair mereka yang menceritakan tentang para dewa yang dikategorikan oleh para penulis aliran Stoa (Stoic) ke dalam "teologi mistis". Aliran pemikiran Stois yang didirikan oleh Zeno (kira-kira 335-263 sM.) memiliki pandangan "teologi natural atau rasional", yang disebut oleh Aristoteles, dengan istilah "filsafat teologi", sebutan yang merujuk kepada filsafat teologi secara umum atau metafisika.
Sejarah Penggunaan Istilah Teologia
Walaupun Filo (20 sM.-50 M., seorang Yahudi Helenis dan pemimpin komunitas Yahudi di Aleksandria. Filo juga seorang pengarang yang produktif. Ia menafsiran Pentateukh secara alegori), menyebut Musa seorang "theologos", yakni seseorang yang berbicara tentang Allah atau seorang juru bicara Allah, tetapi tidak ada bentuk bahasa Yunani yang menunjukkan istilah ini di dalam Perjanjian Lama Saptuaginta (LXX) atau di dalam Perjanjian Baru (Kecuali sebutan "theologos" di dalam manuskrip Wahyu kepada Yohanes). Istilah teologi mulai digunakan oleh kaum Apologis (sebuah kelompok kecil para pengarang Yunani abad kedua yang mengadakan pembelaan bagi kekristenan pada masa penganiayaan, fitnahan, dan serangan intelektual). Teologi kadang-kadang "merujuk kepada sesuatu yang ilahi", "sebutan Allah", sebuah makna yang seringkali muncul dalam perdebatan tentang keilahian Kristus (Christology) dan Roh Kudus. Pada tahun 200 M., kedua istilah Yunani dan istilah Latin untuk teologi disesuaikan terjemahannya untuk dipakai dalam pengajaran, biasanya dalam pengajaran Kristen tentang Allah. Athanasius, memakai istilah teologia sebagai cara untuk memahami tentang keberadaan Allah, yang dibedakan dengan dunia dan sebagainya, seperti yang dilakukan Agustinus untuk mengajarkan tentang Allah. Sesekali, dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja istilah teologi merujuk kepada pemahaman yang luas dari doktrin-doktrin gereja. Dalam komunitas-komunitas iman, tidak ada pemisahan antara pengajaran tentang Allah dan pengetahuan (misalnya, pengertian dan pengalaman) tentang Allah. Dalam hal ini, teologia dapat berarti "memuji Allah".
Perkembangan Penggunaan Istilah Teologia
Istilah "teologi" dipakai oleh para penulis Sholastik (istilah yang digunakan oleh kaum humanis dan pada abad ke-16 digunakan oleh para sejarahwan filsafat untuk menjelaskan pandangan para filosof dan teolog pada abad pertengahan) dan universitas-universitas Baru di Eropa, di mana teologi menjadi sebuah pelajaran yang sangat sistematis, sebuah ladang studi dan pengajaran, bahkan sebagai sebuah disiplin atau sebuah ilmu. Pemakaian istilah teologi tidak sepenuhnya baru -- ini telah dimulai sebelumnya oleh komunitas Yunani Kristen dan beberapa di dalam tulisan-tulisan bapak-bapak gereja, tetapi hal ini masih merupakan bayangan perkembangan teologi sebagai sebuah disiplin akademis yang tidak hanya menjadi bagian dari komunitas Kristen. Pada saat yang sama para pelajar di universitas-universitas memperluas perbedaan antara macam-macam teologia yang beragam, di samping pembedaan umum antara teologi dan filafat, seperti halnya perbedaan antara iman (faith) dan alasan (reason). Walaupun para Reformator secara umum tidak sabar dengan perbedaan yang dibuat oleh para pelajar di universitas-universitas, namun para pendahulunya, pada zaman Konfesional Ortodoksi atau Protestan Skholastisme telah mengadopsi atau mengembangkan sebuah kategori yang luas tentang macam-macam teologi.
Istilah Teologia di Era Modern
Di era modern, teologi sering di pakai dalam pengertian yang luas dan cakupan yang komprehensif, yang merangkum semua disiplin ilmu, baik di universitas-universitas maupun dalam pelayanan-pelayanan gerejani (contohnya, bahasa alkitab, sejarah gereja, homiletika, dll.). Teologi adalah sebuah disiplin akademik, contohnya, literatur atau fisika. Lebih tepat, istilah teologi merujuk kepada pengajaran tentang Allah dan hubungannya dengan dunia dari penciptaan sampai penyempurnaan (consummation). Pengajaran ini telah dirangkum dalam sebuah catatan rasional yang dibuat secara spesifik oleh seseorang atau lebih dari suatu kualifikasi yang luas, yang mengindikasikan gereja atau tradisi termasuk, Monastik, Katolik Roma, Reformed, Evangelikal, Ekumenikal. Bahan-bahan dasar teologi, seperti alamiah, alkitab, konfesi-konfesi, simbol-simbol (misalnya, didasarkan pada sebuah 'simbol' gereja, yang artinya di sini adalah kredo-kredo, dll.). Teologi mengandung doktrin, seperti, doktrin baptisan, doktrin Trinitas, dll. Pusat organisasi atau motif atau fokus teologi, misalnya, perjanjian (covenan), liberasi, inkarnasional, feminisme, teologi salib -- masing-masing merujuk kepada lebih dari satu pokok bahasan. Tujuan teologi untuk memberi keputusan bagi pendengarnya, misalnya dalam apologetika, polemik, dll
Hubungan iman dengan teologia
"Melalui Iman Kita Mengerti" (Ibrani 11:1)Teologi merupakan "penemuan", "penyusunan" dan "penyajian" mengenai kebenaran-kebenaran tentang Allah. Sama sekali tidak ada unsur yang merekomendasikan bahwa teologi itu bisa "direkayasa". Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam teologi, yakni: (1). Teologi dapat dimengerti. Artinya teratur dan rasional, berlawanan dengan "perasaan", "kontemplasi-perenungan" dan "imajinasi-hayalan". Kemampuan berpikir analitis sangat diperlukan. Agar bisa mengerti, teologi harus dipelajari dan ditekuni serta "hidup" di dalamnya. (2). Teologi menuntut adanya penjelasan. Artinya melibatkan "interpretasi" dan "sistematisasi". Ini ada kaitannya dengan pemaknaan suatu tema ajaran alkitabiah, istilah-istilah dan kosep-konsep teologi. Dalam prinsip ini, seseorang yang hendak belajar atau ingin memahami "sesuatu" dalam dan tentang teologi, ia harus menjadi seorang "penafsir" dan memiliki "sistem" berteologi tersendiri. Atau, paling tidak, mengadopsi sistem teologi tertentu yang diyakini "benar". (3). Beriman. Iman harus bersumber pada Alkitab. Antara "beriman" dan "berteologi" secara Kristen itu hampir tidak ada bedanya. Namun, kadang-kadang suatu prinsip teologi bisa dikorbankan untuk iman; atau sebaliknya. Walau demikian, sumber teologi dan iman Kristiani harus berdasarkan pada [bukan 'dari' atau 'dalam'] Alkitab sebagai standard -- pedoman utama.
Syarat-syarat Berteologi Secara Sederhana:
(1). Harus percaya.
Memang ada seseorang yang mampu berteologi dengan baik tetapi tanpa iman. Tetapi, seorang teolog yang percaya, akan mampu memberikan penjelasan wahyu Allah yang tidak sepenuhnya dimengerti dengan pikiran yang terbatas. - Di sinilah pernyataaan, "Kita diam apabila Alkitab diam" sangat relevan. "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita..." (Ul. 29:29).
(2). Harus berpikir
Berpikir identik dengan berfilsafat. Dalam berteologi, filsafat dianggap sebagai "Ibu" yang menggendong teologi itu. Tanpanya, teologi akan kekurangan. Pola berpikir seorang teolog, bukanlah mengabaikan rasio, tetapi, sebaliknya ia mampu mengatur - memanaga rasionya dengan teratur. Seorang teolog harus mampu berpikir secara teologis, yakni, berpikir secara eksegetik, berpikir dengan memahami suatu arti secara tepat. Misalnya, istilah "teologia Reformasi", secara tepat mengacu kepada suatu aliran teologi yang muncul pada era Reformasi abad ke-16-17. Bukan atau tidak ada kaitannya dengan reformasi politik di Indonesia, dsb. Dalam syarat inilah, mengapa istilah-istilah teologi itu tetap dipertahankan dan seminimal mungkin tidak dikontekstualkan. Seorang teolog, tidak hanya sebagai interpreter, tetapi juga mampu mempertahankan konsep-konsep teologianya secara utuh (logis dan berwibawa).
(3). Harus Interdependen
Cara berpikir setiap orang memang berbeda-beda. Ada yang berpikir secara zig-zag, tetapi ada juga yang berpikir secara sistemik, teratur. Orang yang berpikir zig-zag tidak akan mampu mengintegrasikan pemikirannya secara konsistena. Sebaliknya, mereka yang berpikir sistematis, mampu melihat dan mengintegrasikan seluruh pemikirannya secara konsisten. Dunia teologi, adalah dunia berpikir dan analisis. Dalam berpikir dan menganalisa, seorang teolog tidak mungkin berdiri sendiri. Ia harus bergantung kepada pihak di luar diri dan pemikirannya. Dalam hal ini, intelek saja tidak cukup. Seorang teolog harus memiliki sumber pemikiran dan pemahaman yang berasal dari luar dirinya sediri. Seorang teolog harus interdependen. Seorang teolog harus memiliki pegangan utama, Alkitab -- wahyu Allah. Teolog harus memiliki panduan yang dapat dipercaya, yaitu para ahli dan karya mereka yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan teolog harus tunduk pada pembimbingnya, yaitu Allah, yang kepadanya ia sedang belajar dan berteologi. Karena, "Roh Kebenaran itu akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran" (Yoh. 16:13).
(4). Harus Menyembah.
Meskipun berteologi identik dengan latihan akademik, namun, idealnya seorang teolog adalah penyembah yang baik dan benar. Seorang teolog harus sadar betul kelayakan dari obyek penyembahannya dan sekaligus taat. Kata Yesus, "sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa". (Yoh. 15:5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar