Senin, 20 Juli 2015

SEJARAH JEMAAT GPM ITAWAKA




A.   BERDIRINYA JEMAAT
1.     Letak Secara Geografis.
Itawaka besaral dari kata Tita = perintah, Waka = Jaga Titawaka = Perintah jaga. Bertolak dari perkataan ini, maka jelas dapatlah kami ceritakan sekedar peristiwa yang terjadi, sehingga menimbulkan bukti yang ada (negeri Itawaka) sebagai satu kenyataan dari pada kelanjutan sejarah, yang pernah berlaku sejak datuk-datuk kita di saman purbakala.

Negeri Titawaka dalam perkataan aslinya, telah mendapat perubahan sebutan, sehingga orang tidak lagi, bahkan kurang sama sekali, untuk memperhatikan dan mengembangkan sejarah yang asli. Perubahan sebutan ini bukan baru kemarin terjadi, tetapi sudah ratusan tahun dan perubahan ini, secara sengaja dilakukan sebagai satu-satunya siasat penjajah, untuk menghilangkan pengaruh dari anak-anak pribumi itu sendiri. Negeri Titawaka yang sekarang disebut Itawaka, terletak di ujung bagian utara pulau Saparua berdekatan dengan negeri Nolloth.

Dari letak geografis Jemaat GPM Itawaka, dapat di katakan bahwa Jemaat GPM Itawaka terletak di sebelah timur Pulau Saparua, yang berbatas sebelah Timur dengan daerah hutan petuanan Negeri Nolloth, sebelah Barat dengan Negeri Nolloth, sebelah Utara dengan laut (Selat Seram), sebelah Selatan dengan Gunung Amahial.

2.     Terbentuknya Jemaat GPM Itawaka
Proses turun masyarakat Itawaka dari negeri lama ke negeri sekarang terjadi pada tahun 1651 pada saat perintah turun dari penguasa Belanda saat itu yang terjadi di pantai Moni. Kemudian pada tahun 1653 masyarakat di negeri lama turun ke negeri sekarang menempati lokasi Wai Kikinawoni yang kemudian berubah nama menjadi air potong-potong yang sekarang disebut potang-potang. Pada saat turun dari gunung tersebut jumlah Kepala Keluarga sebanyak 24 KK dibawah pemerintahan Izak Pelatiti Pattinaja Wattimena, dan yang menjadi pimpinan rombongan adalah Ama Pattipelaya (Patti beilohy berlayar) dari Negeri Italili yang sekarang menjadi marga Papilaya, sedangkan yang menjadi pengawal rombongan adalah Litamahuputy (Litamaputia).

Sejak adanya masyarakat Itawaka pada tahun 1651, masyarakat Itawaka pada zaman itu belum memiliki agama. Seiring putaran zaman, maka di tahun 1834, masyarakat Itawaka sudah mengenal agama Kristen namun belum memiliki gedung gereja dan proses peribadahan masih bergabung dengan Jemaat Nolloth, dan sampai pada tahun 1855, masyarakat Itawaka membangun sebuah rumah peribadahan (gereja) secara darurat. Proses peribadahan warga jemaat Itawaka kini berjalan secara sendiri dan tidak lagi tergabung dengan jemaat GPM Nolloth.

1.     Peristiwa yang Melatarbelakangi Terbentuknya Jemaat
Sebelum adanya gedung gereja dan menjadi jemaat sendiri maka aktivitas ibadah minggu orang-orang Itawaka berlangsung di Gereja Nolloth dan menjadi bagian dari warga jemaat Nolloth yang dimulai pada tahun 1834-1854. Sejak tahun 1855 jemaat GPM Itawaka berdiri sendiri pisah dari Nolloth dengan Pdt pertama R. Bassert dan Guru Midras P. Latupeirissa. Pada tahun 1855 jemaat GPM Itawaka telah melakukan aktivitas sendiri dengan menggunakan gedung gereja darurat. Hampir selama dua puluh tahun orang-orang Itawaka bergambung menjadi bagian dari warga jemaat Nolloth, namun setelah terjadi masalah-masalah sosial antara orang-orang Nolloth dan orang-orang Itawaka, maka muncullah inisiatif dari orang-orang Itawaka untuk membangun gedung gereja sendiri dan menjadi jemaat sendiri terpisah dari Nolloth.

Inisiatif untuk membangun gedung gereja sendiri dan menjadi jemaat sendiri oleh orang-orang Itawaka berawal dari peristiwa di hari minggu pada saat keluar gereja malam. Dimana orang-orang Itawaka dilempari dengan buah papaya masak yang sudah busuk oleh sekelompok orang yang tidak dikenal. Peristiwa ini, kemudian disikapi oleh Lucas Papilaya dan David Matulessy yang saat itu sebagai kepala soa. Mereka mengambil inisiatif untuk membuat surat (Rekes) kepada konteler Saparua untuk memintakan izin membangun gedung gereja bagi masyarakat Itawaka. Setelah mendapat izin dari koteler Saparua maka gereja pertama di bangun sekitar tahun 1860. Gedung gereja pertama Itawaka pada saat dibangun dipimpin oleh kepala Bas atau kepala tukang Lucas Papilaja dari Itawaka dan Piter Martinus Latupeirissa serta Latuihamalo kepala tukang dari Porto. Pembangunan gedung gereja pertama jemaat GPM Itawaka dengan pimpinan jemaat Pdt R. Bassert dan guru Madras P. Latupeirissa.

Gereja yang pertama di Itawaka dibangun dengan jumlah tiang lilin sebanyak delapan buah dan menggunakan ramuan kayu diambil dari lokasi gunung Ama Iha (sebutan hari-hari amihal). Jumlah tenaga yang membangun gereja pertama sebanyak 30 orang laki-laki dan dibantu dengan tenaga perempuan untuk menaikan balok-balok gereja. Selama pekerjaan pembangunan gedung geraja pertama Itawaka, maka perempuan-perempuan dan anak-anak selalu mengkidungkan kidung-kidung pujian setiap hari sebagai dukungan spiritual dalam melakukan pekerjaan pada saat itu.

Untuk membuat mimbar gereja pertama dipercayakan kepada tukang Piter Martinus Latupeirissa dan buah tangan dari tukang tersebut masih ada dan digunakan sampai saat ini. Ada peristiwa yang terjadi pada saat memasukan mimbar hasil buah tangan tukang Piter Martinus Latupeirissa ke dalam gedung gereja, dimana pada saat mibar akan dimasukan kedalam gedung gereja tidak bisa dimasukan sebab pintu gereja sempit karena mimbar tersebut lebih besar dari pintu gereja. Untuk mengatasi masalah ini, maka kepala tukang pembangunan gereja pertama Lucas Papilaja berdoa dan setelah itu mendorong tiang pintu gereja sehingga pintu gereja menjadi luas dan mimbar tersebut dapat dimasukan kedalam gereja. Oleh karena jasa kepala tukang Lukas Papilaja tersebut, maka tukang Piter Latupeirissa mengukir 10 jari dari Lukas Papilaja dibawah tempat baca pada mimbar gereja dan ukiran 10 jari tersebut sampai saat ini masih ada sebagai bukti sejarah.

Perkembangan warga jemaat semakin lama semakin bertambah, dan gedung gereja yang dibangun pertama itu tidak lagi dapat menampung jumlah anggota jemaat yang datang beribadah, maka di tahun 1860, masyarakat/jemaat Itawaka membongkar serta merenovasikan kembali gedung gereja tersebut pada tahun 1966, dengan ketua Panitia Julius Papilaja kemudian diganti dengan Julius Syaranamual dengan kepala tukang Yosep Tomasoa pada masa Pimpinan Jemaat Pdt F. Latumahina dan Penjabat Pemerintah Negeri Itawaka saat itu Welem Syaranamual. Setelah renovasi pertama dilakukan maka ada rencana untuk dilakukan renovasi gereja lagi  pada tahun 1968 dimana panitia renovasi gedung gereja Itawaka dipimpin oleh Pdt F. Lakburlawal (penghentar jemaat GPM Itawaka saat itu) sebagai ketua umum dan sekretaris umum adalah J.S. Wattimena.

Panitia ini bertugas untuk melakukan renovasi bangunan atas gereja dan menggantikan atap rumbia dengan atap zink serta menggantikan sebagian dinding yang dibuat dari papan dengan beton. Tahun 1971 Pdt F. Lakburlawal dipanggil ke Ambon untuk tugas belajar, maka jabatan ketua umum dipegang oleh Z. Papilaja yang pada saat itu menjabat Wakil Pemerintah Negeri Itawaka. Setelah adanya raja difenitif maka dilakukan pergantian panitia. Pergantian panitia yang lama ke panitia yang baru dilaksanakan pada taggal 31 Januari 1972 yang dipimpin oleh A. A. Syaranamual (Raja Negeri Itawaka) sebagai ketua umum dan sekretaris umum dijabat oleh G. Lewerissa (kepala SD Negeri Itawaka).

Tugas panitia baru adalah untuk melanjutkan rencana renovasi gereja Itawaka. Tanggal 15 dan 18 Maret 1972 panitia pusat melakukan rapat dengan IKWI Ambon dan berhasil membentuk panitia cabang Ambon yang dipimpin oleh Ph. Wattimena dan J. Tuapattinaja. Pada tanggal 1 April 1972 Panitia Cabang Ambon tiba di Itawaka bersama dengan Bpk Christopol Pattinaja, BE Kepala Kantor PU Kota Ambon dan beberapa stafnya serta Ir. Arman Papilaja yang tergabung dalam tim teknis yang diturunkan oleh IKWI Ambon.


Tidak ada komentar: